Hotel Akasaka (Foto: Reuters)
TOKYO – Warga Jepang yang kehilangan rumah akibat bencana gempa dan tsunami akan dipindahkan ke hotel mewah di Tokyo.
Dikutip dari kantor berita Kyodo, Hotel Grand Prince Akasaka memiliki 700 kamar. Kamar-kamar di hotel tersebut diberikan tarif seharga 150 ribu yen atau sekira Rp15 juta pe malam. kamar tersebut akan menjadi rumah sementara bagi 360 orang pengungsi.
Layanan kamar akan ditiadakan, namun hotel akan menyediakan makan tiga kali sehari dengan biaya 300 yen atau sekira Rp30 ribu untuk sarapan dan 500 yen atau sekira Rp15 ribu untuk makan siang dan malam. Namun, warga tidak akan dikenakan biaya menginap.
Dilansir dari AFP, Sabtu (9/4/2011), hotel 40 lantai tersebut ditutup pada bulan Maret setelah 55 tahun berbisnis. Karena adanya pembongkaran pada Juli, maka mereka yang tinggal di hotel tersebut harus segera pindah.
“Saya merasa cemas karena tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi saya bersyukur bisa tidur di kasur sekarang,” ujar seorang pengungsi Shoichi Ono yang berasal dari Prefektur Fukushima.
Puluhan ribu orang di Jepang berada di tempat penampungan sementara setelah gempa dan tsunami menerjang pada 11 Maret. Ribuan orang juga dipaksa meninggalkan rumah mereka karena adanya ancaman radiasi di sekitar PLTN Daiichi Fukushima.
(rhs)
Dikutip dari kantor berita Kyodo, Hotel Grand Prince Akasaka memiliki 700 kamar. Kamar-kamar di hotel tersebut diberikan tarif seharga 150 ribu yen atau sekira Rp15 juta pe malam. kamar tersebut akan menjadi rumah sementara bagi 360 orang pengungsi.
Layanan kamar akan ditiadakan, namun hotel akan menyediakan makan tiga kali sehari dengan biaya 300 yen atau sekira Rp30 ribu untuk sarapan dan 500 yen atau sekira Rp15 ribu untuk makan siang dan malam. Namun, warga tidak akan dikenakan biaya menginap.
Dilansir dari AFP, Sabtu (9/4/2011), hotel 40 lantai tersebut ditutup pada bulan Maret setelah 55 tahun berbisnis. Karena adanya pembongkaran pada Juli, maka mereka yang tinggal di hotel tersebut harus segera pindah.
“Saya merasa cemas karena tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tapi saya bersyukur bisa tidur di kasur sekarang,” ujar seorang pengungsi Shoichi Ono yang berasal dari Prefektur Fukushima.
Puluhan ribu orang di Jepang berada di tempat penampungan sementara setelah gempa dan tsunami menerjang pada 11 Maret. Ribuan orang juga dipaksa meninggalkan rumah mereka karena adanya ancaman radiasi di sekitar PLTN Daiichi Fukushima.
(rhs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar